Skip to main content

Ejector Dan Cara Perhitungannya dan Contoh Perhitungannya

Hallo teman - teman semuanya, ketemulagi dengan tulisan - tulisan dhevils mechanic yang pasti tak jauh - jauh membahas dunia mechanic di oil and gas industry. entah itu membahas terkait equipment yang digunakan di perusahaan Oil and  Gas,  troubleshot serta ide - ide yang mudah cepat dan efisien dalam menyeleseikan permasalahan dilapangan;


Ejector adalah perangkat yang menggunakan prinsip venturi untuk mengubah energi kinetik menjadi energi tekanan. Dan Dhevils mechanic pernah membuat ejector untuk memproduksikan kembali  sumur  yang low inpluq  dan diproduksikan intermetend menunggu pressure built up karena memang sumur sdh tidak mampu berproduksi secara continew karena pressure tidak mencukupi sampai stasiun pengumpul terdekat. 

Sumur tersebut untuk di maintenance / works over ada kendala terkait posisi sumurnya yang ngantung alias ambles tanah nya sehingga tidak memungkinkan RIG datang untuk perawatannya.

Ejector ini dhevils mechanic kasih nama dengan Dhevils Ejector dan dipasang di depan header manifold stasiun pengumpul sehingga dehvils mechnaic tidak banyak merubah jalur flow line yang ada. dan tidak merubah - merubah kondisi yang ada di sub surface.

Sebagai motive dhevils mechanic mengunakan pressure dari sumur yang masih tinggi kemudian sisi suction ejectornya menghisap sumur yang ssudah low pressure tadi.

 Berikut adalah beberapa rumus perhitungan ejector:

Rumus Perhitungan Ejector

1. Rumus Kecepatan Udara:

v = √(2 * ΔP / ρ)

dimana:

v = kecepatan udara (m/s)

ΔP = perbedaan tekanan (Pa)

ρ = densitas udara (kg/m³)


2. Rumus Tekanan Keluaran:

P_out = P_in + (ρ * v² / 2)

dimana:

P_out = tekanan keluaran (Pa)

P_in = tekanan masukan (Pa)

ρ = densitas udara (kg/m³)

v = kecepatan udara (m/s)


3. Rumus Rasio Tekanan:

Rasio Tekanan = P_out / P_in

dimana:

P_out = tekanan keluaran (Pa)

P_in = tekanan masukan (Pa)


4. Rumus Efisiensi Ejector:

Efisiensi = (P_out - P_in) / (P_in * (1 - (P_out / P_in)))

dimana:

P_out = tekanan keluaran (Pa)

P_in = tekanan masukan (Pa)

Contoh Perhitungan

Misalkan kita memiliki ejector dengan tekanan masukan 100 kPa, kecepatan udara 50 m/s, dan densitas udara 1,2 kg/m³. Berapa tekanan keluaran ejector?


P_out = P_in + (ρ * v² / 2)

= 100 kPa + (1,2 kg/m³ * (50 m/s)² / 2)

= 100 kPa + 75 kPa

= 175 kPa

Note : Perlu diingat

- Rumus-rumus di atas hanya berlaku untuk ejector yang ideal dan tidak mempertimbangkan kerugian-kerugian yang terjadi dalam sistem yang sebenarnya.

- Perhitungan ejector yang lebih akurat memerlukan pemahaman yang lebih mendalam tentang prinsip-prinsip dasar ejector dan penggunaan perangkat lunak simulasi.

Saat membuat ejector, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memastikan performa yang optimal dan efisiensi yang tinggi. 

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a.  Desain Ejector

1. Rasio diameter: Rasio diameter antara nozzle, throat, dan diffuser harus tepat untuk memastikan aliran udara yang lancar.

2. Bentuk nozzle: Bentuk nozzle harus dirancang untuk memaksimalkan kecepatan udara dan mengurangi kerugian tekanan.

3. Panjang throat: Panjang throat harus tepat untuk memastikan bahwa aliran udara tidak terlalu panjang atau terlalu pendek.


b.  Material dan Konstruksi

1. Material: Material yang digunakan harus tahan terhadap korosi dan memiliki ketahanan yang baik terhadap tekanan dan suhu.

2. Konstruksi: Konstruksi ejector harus kuat dan tahan terhadap getaran dan tekanan.

c. Operasional

1. Tekanan masukan: Tekanan masukan harus tepat untuk memastikan bahwa ejector beroperasi dengan efisiensi yang tinggi.

2. Aliran udara: Aliran udara harus lancar dan tidak terhambat oleh kerugian tekanan atau gesekan.

3. Suhu: Suhu operasional harus tepat untuk memastikan bahwa ejector beroperasi dengan efisiensi yang tinggi.


d.  Pengujian dan Kalibrasi

1. Pengujian: Ejector harus diuji untuk memastikan bahwa performa dan efisiensi sesuai dengan spesifikasi.

2. Kalibrasi: Ejector harus dikalibrasi untuk memastikan bahwa tekanan dan aliran udara sesuai dengan spesifikasi.

f. Perawatan dan Pemeliharaan

1. Pembersihan: Ejector harus dibersihkan secara teratur untuk memastikan bahwa aliran udara tidak terhambat oleh kotoran atau debu.

2. Penggantian komponen: Komponen ejector harus diganti secara teratur untuk memastikan bahwa performa dan efisiensi tetap optimal.

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, Anda dapat membuat ejector yang dapat bekerja dengan baik. Berapa sich minimal tekanan outlet yang dibutuhkan untuk menahan liquid keluar dari ejector tergantung pada beberapa faktor, seperti:

1. Densitas liquid: Densitas liquid yang akan dipompa.

2. Viskositas liquid: Viskositas liquid yang akan dipompa.

3. Ketinggian liquid: Ketinggian liquid yang akan dipompa.

4. Desain ejector: Desain ejector, termasuk bentuk nozzle, throat, dan diffuser.

Namun, secara umum, minimal tekanan outlet yang dibutuhkan untuk menahan liquid keluar dari ejector dapat dihitung menggunakan rumus:

P_outlet ≥ P_atmosfer + (ρ * g * h)

dimana:

P_outlet = tekanan outlet (Pa)

P_atmosfer = tekanan atmosfer (Pa)

ρ = densitas liquid (kg/m³)

g = percepatan gravitasi (m/s²)

h = ketinggian liquid (m)

Contoh:

Misalkan kita ingin menahan liquid dengan densitas 1000 kg/m³ dan ketinggian 10 m. Tekanan atmosfer adalah 101325 Pa.

P_outlet ≥ 101325 Pa + (1000 kg/m³ * 9,81 m/s² * 10 m)

P_outlet ≥ 101325 Pa + 98100 Pa

P_outlet ≥ 199425 Pa

Jadi, minimal tekanan outlet yang dibutuhkan untuk menahan liquid keluar dari ejector adalah sekitar 199425 Pa atau 199,4 kPa.

Namun, perlu diingat bahwa nilai di atas hanya sebagai perkiraan dan dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi operasional dan desain ejector yang digunakan

Untuk menentukan efektivitas ejector dalam mencapai vakum dengan tekanan motivasi 460 psi, kita perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti:

1. Rasio tekanan: Rasio tekanan antara tekanan motivasi dan tekanan vakum yang diinginkan.

2. Efisiensi ejector: Efisiensi ejector dalam mengubah energi kinetik menjadi energi tekanan.

3. Desain ejector: Desain ejector, termasuk bentuk nozzle, throat, dan diffuser.

Namun, tanpa informasi lebih lanjut tentang desain ejector dan kondisi operasional, kita dapat menggunakan beberapa rumus umum untuk memperkirakan efektivitas ejector.

Rumus Umum

1. Rasio tekanan: Rasio tekanan dapat dihitung menggunakan rumus:

Rasio Tekanan = (P_motive / P_vakum)

dimana:

P_motive = tekanan motivasi (psi)

P_vakum = tekanan vakum yang diinginkan (psi)

2. Efisiensi ejector: Efisiensi ejector dapat dihitung menggunakan rumus:

Efisiensi = (P_vakum / P_motive) * (1 - (P_vakum / P_motive))

Contoh Perhitungan

Misalkan kita ingin mencapai tekanan vakum 20 inHg (6,8 psi) dengan tekanan motivasi 460 psi.

Rasio Tekanan = (460 psi / 6,8 psi) ≈ 67,6

Efisiensi = (6,8 psi / 460 psi) * (1 - (6,8 psi / 460 psi)) ≈ 0,014 atau 1,4%

Dari contoh di atas, kita dapat melihat bahwa efektivitas ejector dalam mencapai tekanan vakum 20 inHg dengan tekanan motivasi 460 psi adalah sekitar 1,4%.

Namun, perlu diingat bahwa efektivitas ejector dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti desain ejector, kondisi operasional, dan lain-lain seperti yang sudah disampaikan diatas. Oleh karena itu, perhitungan di atas hanya sebagai perkiraan dan tidak dapat dianggap sebagai nilai yang pasti.

Nah bagaimana sekarang kita sudah tahu perhitungan - perhitungan yang ada pada ejector, apakah masih minat membuat ejector sendiri? atau memang kalian juga sudah pernah membuat ejector? jika ada pertanyaan dan pengalaman kalian terkait ejector ini silahkan tulis dikolom komentar yaa... supaya berbagi pengalaman ini lebih menarik lagi dan ilmu yang kalian share dapat bermanfaat untuk orang lain.

Postingan Populer

Kunci Inch dengan Kunci mm Dalam Dunia Mechanic

  Jika kita bekerja sebagai mechanic, toolkit adalah senjata kita dalam menyeleseikan suatu pekerjaan. karena dengan kelengkapan toolkit menurut saya 45% pekerjaan / troubleshoot dapat terpecahkan. Dan sebagai mekanik kita kadang menemukan ukuran bolt / nut yang berbeda - beda, ada ukuran dalam inchi, ada pula yang dalam ukuran mili meter. Seandainya kita paksakan mengunakan ukuran kunci tertentu, jutru tidak akan menyeleseikan masalah, tetapi malah menambah pekerjaan lainnya karena bolt atau nut yang kan kita kendorin akan slek atau rusak sehingga semakin sulit unitiuk kita lepaskan. atau bakan kunci yang kita gunakan akan rusak, dan hal ini elain menyusahkan waktu kita kerja juga akan menyusahkan di lain hari karena kita harus membeli kunci baru yang tidak murah harganya. Baca juga : Kehidupan di Offshore Platform  Fungsi Air Dryer Pada Air Compressor Korelasi Komposisi Gas dengan Air Fuel Ratio Perbedaan Prosedure Pembelian Gas Engine Dan Diesel Engine ...

Teory Pompa Kerja Pararel dan Pompa Kerja Seri

Pompa dapat kita pasang atau operasikan pararel atau seri, jika kita ingin menaikan qapasitas, pompa akan kita operasikan Pararel, dengan syarat Head pompa sama. Sedangkan jika kita ingin meanikan Head/ tekanan discharger pompa, kita dapat mengoperasikannya secara seri dan syartnya pompa ke 2 harus lebih rendah qapasitasnya, sebab jika sama maka akan ada kapitasi. Pompa pertama kita sebut pompa pengirim atau pompa utama, sementara pompa ke 2 kita sebut sebagi pompa Booster atau pompa peningkat tekanan. Dalam mendesain (pararel/series) pompa, jumlah 2 atau lebih pompa sentrifugal disebut dengan multiple centrifugal pump. Dalam mendesain multiple centrifugal pump ini utamanya adalah ketika melakukan instalasi,  sangatlah penting untuk memperhatikan hubungan antara kurva pompa (pump curve) dan kurva sistem perpipaan. (piping system curve). Efek dari menambahkan 2 buah pompa yang identik dalam rangkaian paralel dapat di lihat pada gambar grafik di bawah ini. Baca ...

Cara Leak Test (test kebocoran) dan Hydrotest pada Valve dan Bejana Tekan

Leak Test : Biasanya ini dilakukan pada reinforcing pad of opening, menggunakan udara. Kadang-kadang di-counter check dengan bubble soap. Sehingga sering disebut juga bubble test. Diaplikasikan pada semua peralatan yang mempunyai pads pada bagian pressure (PV, HE, Tank, dll). Bisa juga leak test dilakukan tanpa sabun. Material diinjeksi dengan udara bertekanan dan direndam dalam tanki air untuk beberapa waktu (digunakan dalam pengetesan fuel tank untuk forklift). Ini lebih efektif dibandingkan dengan sabun. Test ini juga dilakukan untuk pengecekan kebocaran pada blinded flange, flange joint (shell side to tube side joint), channel cover installation, dsb. Secara internal, diberi tekanan menggunakan udara – alternatif lain bisa menggunakan nitrogen (N 2 ). Pada tangki ada juga istilah leak test untuk roof dan bottom installation. Alatnya disebut Vacuum Box. Leak test tidak sama persis dengan pneumatic test. Pneumatic test itu bisa digunakan sebagai pengganti hydrotes...