http://dlvr.it/RmTRLX http://dlvr.it/RmTxrm http://dlvr.it/RmVM4W
WORK OVER WELL SERVICE
Well Service
merupakan suatu bagian yang bertugas menangani segala kegiatan yang berhubungan
dengan sumur. Kegiatan tersebut meliputi usaha agar sumur siap berproduksi
(initial completion) maupun usaha perbaikan sumur akibat kerusakan saat
berproduksi (Work Over). Semua kegiatan yang dilakukan oleh team ini bertujuan
untuk mempertahankan serta meningkatkan laju produksi sumur. Well Service
dibagi dalam beberapa bagian yaitu :
1. Tool
House adalah bagian yang bertugas dalam menyediakan dan memelihara segala
peralatan sehingga dapat selalu siap pakai.
2. Operation
adalah bagian yang melaksanakan pemasangan artificial lift serta memperbaiki
kerusakan yang ada pada sumur-sumur.
3. Transport
Well Service adalah bagian yang memperlancar pekerjaan well service dengan
selalu menyediakan transport untuk mengantarkan segala peralatan yang
dibutuhkan saat melakukan service terhadapsumur. Pekerjaan yang dilakukan oleh
divisi ini dibagi dalam empat kelompok kerja yaitu : initial completion,
sevice, work over dan equipment maintanance.
a. Initial
Completion
InitialCompletion
merupakan pekerjaan awal dari suatu sumur baru yang dilakukan setelah
pengeboran yaitu dengan cara melengkapi sumur dengan segala peralatan sehingga
sumur dapat mulai berproduksi. 1. Run CBL (Cement Bond Logging) Tujuannya untuk
mengetahui kualitas penyemenan agar dapat diketahui daerah yang belum tersemen
dengan baik. Semen yang tidak terdistribusi dengan baik dapat mengakibatkan
terjadinya komunikasi antara zona produktif dengan zona air. Bila ini terjadi
maka kandungan air yang terangkat ke permukaan akan tinggi.
2. Squeese
Cementing Squeeze cementing adalah kegiatan penyempurnaan semen sumur produksi.
Kegunaan squeeze cementing ini adalah :
a.
Memperbaiki penyemenan primer yang tidak sempurna.
b. Menutup
zona lost circulation.
c.
Memperbaiki casing yang bocor
d. Menutup
lubang perporasi yang salah.
e. Mengisi
zona yang tidak produktif Teknik yang dilakukan dalam squeeze cementing ini ada
dua :
1. High
Pressure Cementing yaitu penyemenan dengan menggunakan tekanan tinggi yang
berfungsi untuk menutup rekahan yang merugikan yang terdapat di dalam formasi.
2. Low
Pressure Cementing yaitu penyemenan dengan menggunakan tekanan rendah.
Tujuannya untuk membentuk filter cake atau dinding penutup formasi,dan saluran
fracture yang mungkin saja terbuka sampai ke formasi.
3.
Perforating
Perforating
adalah suatu pekerjaan yang dilakukan untuk melubangi casing agar terjadi
hubungan antara well bore dengan reservoir. Untuk melakukan hal ini dibutuhkan
suatu alat yang disebut GUN.
4. Swabbing
Swabbing
yaitu pekerjaan mengangkat sejumlah fluida dari dalam sumur dengan menggunakan
alat penghisap (swab Tool) melalui tubing, drill pipe. Fungsi swabbing adalah
sebagai berikut :
1.
Menentukan production rate dari sebuah zona sumur
2. Untuk
menentukan apakah suatu casing mengalami kebocoran
3. Memancing
agar suatu well dapat flowing.
4. Mengambil
kembali spent acid yang telah dipompakan agar tidak merusak casing b. Well
Service Job Well Service Job pada prinsipnya adalah kegiatan atau pekerjaan
untuk merawat suatu sumur supaya dapat terus berproduksi sesuai dengan yang
diinginkan. Untuk merawat sumur ini diperlukan alat yang dapat membantu untuk
mempermudah setiap pekerjaan yang dilakukan.
1. Surface
Equipment
Surface
equipment adalah segala peralatan yang berada di atas permukaan sumur.
a. Rig
Rig adalah
suatu alat berat yang digunakan untuk melakukan pengeboran sumur minyak. Rig
digunakan untuk mencabut dan memasukkan pipa-pipa dari dan ke dalam sumur. Rig
yang digunakan di Lapangan Offshore X-Ray PT Pertamina EP Field Jatibarang adalah type HWU.
b. Pompa
Pompa adalah
alat memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan tekanan
rendah atau tinggi sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan pompa biasanya dilakukan
pada sirkulasi air, tes casing, tes BOPE dan kill well. Jenis-jenis pompa
antara lain :
1. Pompa
Duplex Pompa ini termasuk jenis Positive Displacement Pump atau Reprocating
Pump yang dilengkapi dua buah piston. Setiap piston mempunyai dua klep hisap
(suction valve) dan dua klep buang (discharge valve) karena itu disebut Double
Acting Pump.
2. Pompa
Triplex Pompa triplex digunakan untuk tekanan yang lebih tinggi dengan volume
pemompaan yang lebih kecil. Pompa triplex dilengkapi dengan tiga piston yang
bekerja sedemikian rupa sehingga memproduksi tekanan yang lebih tinggi
dibandingkan pompa Duplex.
c. Blow Out
Preventer Equipment (BOPE)
Merupakan
suatu alat yang berfungsi untuk menahan semburan liar akibat tekanan reservoar
yang tinggi dalam sumur. Blow Out Preventer Equipment (BOPE) dipasang di atas
flange bagian atas dari suatu sumur yang dilekatkan oleh beberapa baut yang
dikunci kuat untuk keselamatn jiwa, operasi dan hal-hal yang tidak diinginkan.
2.
Subsurface Equipment
a. Packer
Packer
adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu kedalaman
tertentu dari lubang sumur. Packer berfungsi untuk :
1. Menyekat
antara tubing dan casing untuk menjebak cairan ke reservoar.
2. Mencegah
masuknya semen ke lubang perforasi pada saat dilakukan squeeze cementing.
3.
Memisahkan zona-zona pada lubang bor.
4. Penyangga
tubing.
5. Untuk
keperluan pengetesan sumur seperti swab test.
6.
Mengisolasi casing yang mengalami kebocoran.
b. Tubular
Product
Tubular
product dibagi menjadi tiga bagian yaitu drill pipe, casing dan tubing.
Drillpipe adalah pipa yang dipakai dalam pemboran dan berfungsi sebagai
penyalur lumpur pemboran dan mentransmisikan putaran rotary table sehingga
dapat memutar bit. Drillpipe merupakan tubing tanpa las, panjang setiap
bagiannya sekitar 30 ft. Casing berfungsi untuk menahan tekanan formasi setelah
lumpur dibuang dari dalam sumur, mempertahankan stabilitas lubang bor sehingga
tidak mudah runtuh dan menghindari terjepitnya pipa akibat mud cake atau
lempung ketika produksi sedang berlangsung. c. Sand Pump Pompa pasir (sand
pump, bailer) berfungsi membersihkan pasir dari dalam lubang sumur pada
kedalaman yang sudah ditentukan. Cara kerjanya adalah dengan menghisap pasir
kotoran-kotoran tersebut sehingga dinamakan suction bailer.
c. Work Over
Work over
adalah semua pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan sumur agar
produksi sumur tersebut semakin meningkat, atau tetap dapat dipertahankan
termasuk diantaranya karakteristik sumur. Jenis-jenis pekerjaan work over
adalah :
1. Add
perforation (penambahan lubang perforasi).
2.
Pembersihan lubang-lubang perforasi.
3. Isolasi
zona.
d. Equipment
Maintenance
Perawatan
dan penjagaan barang atau alat-alat dalam keadaan baik dan dapat dipakai
berulang-ulang kali merupakan pekerjaan dari equipment maintenance. Pekerjaan
ini sangat penting sekali mengingat peralatan yang dipakai dalam produksi
minyak bumi sangat mahal sehingga perlu untuk menghematnya. Disamping itu
tempat ini juga digunkan untuk memperbaiki peralatan yang rusak seperti packer,
swivel dan reda pump. e. Subproduce Equipment Subproduce equipment adalah
peralatan yang berfungsi untuk memindahkan minyak dari perut bumi ke permukaan.
Terdapat beberapa peralatan yang berfungsi sebagai subproduce equipment yaitu
sebagai berikut :
1. Reda
pump, pompa submersible yang berfungsimemompakan minyak ke permukaan. Pompa ini
memiliki kapasitas yang beragam yaitu 100 –15000 bpd.
2. Switch
board, berfungsi menyuplai listrik pada reda pump dan mengontrol kerja reda
pump.
3.
Transformer, untuk mengubah tegangan arus listrik dari line agar sesuai dengan
kebutuhan reda pump yang dipasang.
4. Tubing
hanger, berfungsi untuk menggantung tubing pada casing head.
5. Cable
guard, berfungsi sebagi pelindung flat cable extention.
B. Produce
Subsurface Team
Tugas
Produce Suibsurface Team adalah menangani sumur-sumur minyak yang ada pada
suatu area yang dikelolanya agar tetap dapat berproduksi dengan laju produksi
yang optimum. Team ini bertugas dari awal suatu proses produksi sampai ke
Gathering Station. Produce Team dibagi menjadi :
1. Produce
Subsurface team
2.
Maintenance
3. Rotation
Equipment
4. Well
Service Berdasarkan team kerjanya Produce Subsurface Team terbagi menjadi
beberapa bagian lagi, yaitu :
1. Reservoir
Engineer
2.
Production Engineer
3. Geologist
4. Technical
Assistant
5. SPS
Specialist
6. Well Test
specialist
a.
Production Engineer Production Engineer bertugas untuk menangani suatu sumur
agar produksi tetap optimal. Team Ini bekerja dengan membuat program yang akan
dilaksanakan dilapangan khususnya yang berkaitan dengan operasi Well Service
maupun Workover. Tugas dari Production Engineer antara lain :
a. Gain Job
Berkaitan dengan perolehan produksi yang ada dilapangan dan kegiatannya antara
lain :
1. Perforasi
Adalah kegiatan awal untuk memproduksikan minyak dengan cara menembakkan mesiu
pada dinding casing atau formasi. Jenis-jenis perforasi adalah :
a. Add
Perforation Adalah melakukan penambahan jumlah lubang perforasi dari suatu
sumur dari jumlah perforasi yang telah ada.
b.
Re-Perforation Adalah perforasi ulang yang dilakukan dengan untuk meningkatkan
efektifitas dari lubang yang telah ada maupun dilakukan setelah Squeeze
Cementing
2. Zone
Isolation Adalah proses mengisolasi zona yang akan diproduksi atau menutup zona
yang sudah tidak produktif akibat water cut yang tinggi. Untuk mengetahui suatu
zona harus diisolasi atau tidak, dapat dilakukan dengan beberapa metoda sebagai
berikut :
a.
Production Logging Tool (PLT) Dilakukan dengan memasukkan alat Logging,
sehingga dari data yang diperoleh dapat dianalisa dan diperkirakan zona yang
harus diisolasi.
b. Down Hole
Video (DHV) Dilakukan dengan memasukkan kamera kedalam lubang sumur, sehingga
dapat terlihat bagian bawah lubang sumur. Dari hasil rekaman kamera dapat
diketahui zone pada formasi yang harus diisolasi. Kebanyakan memakai Coiled
Tubbing dalam pengoperasiannya
c.
Production Test (PT) Dilakukan untuk mengetahui produksi dari suatu sumur.
Production Test (PT) dapat dilakukan dengan metoda-metoda, antara lain :
1.
Individual Zone Test (IZT) Yaitu jenis uji produksi yang dilakukan perzona dari
tiap formasi. Tujuannya untuk mengtahui kemampuan produksi dari tiap zona
formasi. Pada individual Zone Test ini, digunakan REDA Pump. Dari individual
zone test, selanjutnya dilakukan Micro Motion Test dan dua data penting yang
dapat diambil adalah Water Cut dan Productioan Rate secara lebih teliti.
2. Swab Test
Yaitu jenis tes produksi yang dilakukan dengan menggunakan alat swab test. Dari
swab test, dapat diketahui parameter-parameter antara lain, yaitu produksi
sumur, dan water cutnya tetapi data yang diambil masih secara kasar.
3. C/O Log
Yaitu jenis test untuk mendeteksi kandungan karbon dan oksigen dari suatu
formasi.
2.
Stimulation
Stimulasi di
sumur dilakukan untuk memperbaiki reservoir yang rusak. Metoda stimulasi ini
bisa dilakukan dengan Acidezing maupun Fracturing dengan menggunakan bahan
kimia tertentu untuk mengangkat skin yang ada pada zona formasi yang rusak
tadi. Pelaksanaanya harus hati-hati, karena keterlambatan dalam melakukan swab
dapat mengakibatkan plug yang justru dapat merusak formasi.
b.
Maintenance
Bagian ini
mempunyai tanggungjawab untuk mengoptimasikan dan memperbaiki jika ada
kerusakan pada alat-alat produksi, seperti pompa. Hal-hal tersebut misalnya,
Zero Maq (0 M), High ampere, Low Ampere dan lain-lain.
c. Water
Injection Well (WIW)
Water
injection well ini bertujuan untuk mengoptimasi injection rate suatu sumur, hal
ini dapat dilakukan dengan mengamati fluida yang masuk ke sumer dan yang keluar
dari sumur. Pola yang dipakai dilapangan minas ada dua, yaitu :
1. Pattern
Adalah suatu pola, dimana sumur injeksi ditengah-tengah beberapa sumur
produksi. Pola inilah yang paling optimal dilakukan dilapangan saat ini.
2.
Peripheral Adalah suatu pola dimana sumur injeksi mengelilingi sumur produksi.
Dan hasil injeksinya kurang optimal.
3. Line
Drive Adalah suatu pola dengan menempatkan satu injektor pada setiap satu
sumur, biasanya paling efektif pada zona yang banyak patahannya.
d. Initial
Completion
Dalam hal
ini yang dilakukan adalah melengkapi sumur yang baru selesai di bor sehingga
dapat memproduksi minyak dengan optimal. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
:
1. Melakukan
Cement Bond Logging, yaitu untuk dapat mengetahui apakah ikatan antara casing ,
cement dan formasi baik atau tidak. Bila kurang baik maka perlu dilakukan
sequeze cementing.
2. Mengolah
dan meneliti data logging sehingga dapat memperkirakan zona yang dinilai
produktif menghasilkan minya.
3. Melakukan
perforasi zona yang dinilai produktif dan dilanjutkan dengan tes kemampuan zona
mana yang akan dibuka untuk berproduksi, atau zona mana yang perlu diisolasi.
b. Geologist
Adalah team
yang bertugas melakukan korelasi hasil dari logging suatu sumur untuk kemudian
dianalisa apakah benar daerah sekitar sumur tersebut masih memiliki potensi
untuk penambahan produksi minyak. Selain itu team ini juga menganalisa hasil
logging pada sumur baru untuk menganalisa formasi mana yang akan diproduksi.
c. Reservoir
Engineer Team
Ini bertugas
untuk menganalisa hasil laporan geologist, kemudian hasilnya sebagai acuan
production engineering dalam membuat program. Selain itu reservoir engineer
bertugas menghitung reserve dari suatu lapangan. d. SPS Spesialist Pompa yang
banyak dipakai di lapangan Offshore X-Ray adalah ESP. ESP sendiri juga dikenal sebagai pompa REDA
yang dikembangkan oleh REDA sekitar tahun 1950. Seperempat lebih produksi
minyak di dunia diperoleh dengan pompa ini yang sanggup memompakan seratus
sampai seratus ribu BOPD (Barrel Oil Per Day). Unit pompa ESP terdiri atas :
1. Pump
Yaitu susunan beberap stages dan masing-masing stages terdiri atas Impeller dan
Diffuser y
ang statis.
Makin banyak stages, maka makin besar fluida yang dapat dipompakan.
2. Protector
Yaitu bagian pompa yang berfungsi sebagai penyekat agar air tidak masuk kedalam
motor dan merusaknya. Protector dipasang diantara motor dan pompa.
3. Electric
Motor Yaitu motor pada ESP yang merupakan motor listrik 3 fasa. Berfungsi
sebagai tenaga pengerak pompa. Motor sendiri terdiri dari dua bagian utama,
yaitu Rotor dan stator. Di atas pompa pada tubbing dipasang check valve. Valve
ini berguna uintuk mencegah agar fluida dalam tubbing tidak turun kebawah saat
ESP mati. Turunnya fluida akan memutar balik pompa dan merusak motor pompa.
Selain check valve, biasanya dipasang juga bleeder valve yang berguna untuk
membuang fluida yang terdapt dalam tubbing kedalam sumur.
e. Well Test
Specialist (WTS)
Team ini
bertugas dalam melakukan uji produksi kedalam sumur. Metoda-metoda yang
digunakan antara lain Micro Motion Test, Sonolog Test, Static Bottom Hole
Pressure. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara rutin minimal satu bulan
sekali untuk setiap sumur. Metode pengujian itu adalah :
a. Micro
Motion Test
Bertujuan
untuk mengetahui laju produksi fluida, laju produksi minyak serta menentukan
besarnya water cut. Tes tersebut dilakukan berdasarkan perbedaan densitas pada
fluida, yaitu perbedaan densitas minyak dan air formasi yang mengalir. Namun
alat ini memiliki sedikit kelemahan, yaitu tidak dapat mendeteksi adanya gas,
sehingga hanya dapat digunakan untuk sumur yang tidak menghasilkan gas. Alat
Micro Motion ini hanya dapat digunakan dengan baik pada tekana lebih besar dari
130 psi, sehingga pengesetan harus dilakukan dekat dengan sumur. Komponen Micro
Motion antara lain :
1. Sensor
Unit Sensor ini akan mendeteksi reaksi aliran dalam pipa dan memproses dengan
cepat aliran berdasarkan densitas dan mengubahnya menjadi sinyal-sinyal.
2. Remote
Flow Transmitter. Penerima sinyal dari sensor unit lalu memprosesnya
berdasarkan konfigurasi yang telah diprogram kealat interface
3.
Transmitter Interface. Merupakan unit yang menunjukkan hasil tes secara
digital.
b. Sonolog
Test Merupakan kegiatan yang berfungsi mengukur Static Fluid Level (SFL) untuk
sumur mati dan Working Fluid Level (WFL) untuk sumur yang masih berproduksi.
Prinsip kerjanya dengan mengirimkan getaran kedalam sumur yang berasal dari gas
N2. Getaran tersebut dihubungkan dengan recorder yang berfungsi untuk
menggambarkan pola getaran gas N2 tersebut. Bila getaran tersebut melewati
tubbing joint, pola grafiknya akan membentuk defleksi dan saat getaran dipantulkan
lagi ke permukaan fluid level, pola aliran akan menggulung. Kedalam fluid level
dapat dilihat dari jumlah tubbing joint yang dikonversikan menjadi satuan
kedalaman.
Peralatan Sonolog Test terdiri dari :
1. Well
Sounder, berfungsi sebagai penghasil getaran yang dipasangkan pada kepala
sumur.
2.
Amplifier, berfungsi sebagai alat penguat dan pencatat pantulan getaran dari
dalam sumur.
Fluid level ini sangat menentukan kinerja pompa yang akan
dipasang. Sebelum sumur diproduksikan, penentuan fluid level sangat diperlukan
untuk menentukan ukuran pompa yang akan dipasang. Fluid level itu sendiri
merupakan ukuran kemampuan siatu sumur untuk memproduksikan fluidanya. Makin
tinggi fluid level, makin bagus produksinya karena tekanannya masih besar.
Sedangkan setelah sumur diproduksikan, penentuan fluid level dilakukan untuk
mengetahui apakah sumur tersebut masih support untuk pompa yang sebelumnya
telah dipasang.
Fluid level terdiri atas Static Fluid Level dan Working Fluid
level. Suatu sumur dikatakan masih support untuk ukuran suatu pompa jika WFL
sumur tersebut sekitar 300 – 400 ft diatas Pump Setting Depth. Istilah support
disini menandakan bahwa pompa yang digunakan dapat menghisap fluida dari dalam
sumur dengan efisiensi yang optimal dan tidak merusaknya. Ukuran fluid level
inilah yang dijadikan dasar apakah suatu pompa perlu diganti atau tidak. Suatu
sumur dengan fluid level yang terlalu rendah menandakan bahwa pompa yang ada
perlu di size down, dalam arti ukuran pompa diturunkan laju alirannya.
Sedangkan untuk fluid level tinggi maka kemungkinan pompanya akan di size up.
Pada umumnya pompa yang dipakai dilapangan Offshore X-Ray PT Pertamina EP Field Jatibarang adalah Electric Submersible
Pump (ESP). Pompa ini sangat sensitif terhadap perubahan laju alir, oleh karena
itu perubahan yang terlalu besar akan merusak pompa itu sendiri.
Merek pompa
ESP yang banyk dipakai adalah jenis REDA dan Centrilift yang memiliki prinsip
kerja yang hampir sama.
c. Static Bottom Hole Pressure (SBHP) Test ini
dilakukan pada sumur obsevasi. Pengontrolan Bottom Hole Pressure (BHP)
menentukan tekanan formasi pada interval tertentu dalam program Interval Zone
Test. Didalam tabung SBHP Tools terdapat Bourden Tube, yang dapat diberikan
tekana dari luarl. Alat ini akan mengembang dan menguncup sesuai dengan
perubahan tekanan yang terjadi didalam sumur. Gerakan bourden tube akan
menggores chart yang terbuat dari logam, yang digerakkan dari permukaan oleh
timer sehingga dari goresan chart tersebut dapat dibaca berapa tekanan sesuai
dengan perubahan tekanan didalam sumur.
Comments