http://dlvr.it/RmTRLX http://dlvr.it/RmTxrm http://dlvr.it/RmVM4W
Hallo teman - teman ketemu lagi dengan tulisan dhevils mechanic nich... dan yang jelast tidak jauh - jauh membahas dunia Oil and Gas Industry entah itu terkait review speck equipment yang sering digunakan di lapangan, problem - problem yang sering timbul, serta ide - ide kreative dalam menyeleseikan permasalahan yang sering terjadi. Dan kali ini yuk kita bahas terkait BMS atau Burner Management System dimana unit ini banyak juga di gunakan di plant - plant pengolahan maupun pemurnian gas
Baca juga :
Burning management system (BMS) adalah upaya untuk mengatur bagaimana untuk menjaga nyala api pada boiler agar tetap mencapai suhu yang diinginkan (set point). Yaitu dengan mengatur perbandingan rasio dari udara pembakaran dan bahan bakar (bisa berupa gas, batu bara, atau minyak bumi) yang masuk ke dalam boiler. Juga mengatur bagaimana cara mematikanya jika boiler dalam keadaan yang membahayakan. Misal adanya tekanan berlebih yang disebabkan oleh temperatur tungku yang melebihi set point.
Cara yang biasa dilakukan adalah mengeluarkan tekanan dengan membuka blow down valve yang ada pada boiler atau dapat juga mempercepat laju aliran fluida dalam pipa yang mengalir sehingga temperatur dalam tungku menjadi turun. Atau menshut down boiler.
Jika pilihan yang ketiga yang dipilih maka operator harus menghidupkan boiler lagi. Hal yang terberat dalam Burning Management System adalah bagaimana kita menghidupkan bolier.
Dalam memudahkan untuk menghidupkan boiler tadi disini BMS sangat membantu karena BMS ini terdiri dari PLC yang mengontrol semua peraltan sesuai dengan urutan dan waktunya, sehingga penyalaan boiler tadi bisa dilakukan dengan cara automatis.
Permasalahan dilapangan awalnya disebabkan black out power pada genset sehingga kebutuhan power di suplay oleh UPS dan karena operator sibuk dengan recovery plant karena black out tidak focus pada kekuatan bateray UPS yang juga sudah melemah. dan Efeknya PLC juga shutdown karena low power.
Setelah genset dapat dihidupkan kembali, dan power sudah masuk mulailah ke system recovery plant dimana kita harus nenyalakan beberapa requipment crusial untuk sirkulasi sebelum kita menyalakan burner. Equipment - equipment tersebut seperti pompa sirkulasi hot oil, pompa sirkulasi amine solvent, fan cooler dan lain sebagainya.
Setelah semuanya system sirkulasi siaap baru kita menyalakan burner, Ouw iya blm kita jelaskan fungsi burner disini yaa...Burner disini berfungsi untuk memanasakan hot oil yang mana hot oil ini berguna untuk memenaskan amine solvent, dan amine solvent ini berfungsi untuk mengikat CO2 yang ada di natural gas.
Nah di saat kita akan menyalakan burner inilah ada masalah PLC tidak dapat memerintah VSD blower sehingga urutan dalam proses pembakaran tidak ketemu dan akhirnya PLC Locked.
Sebelum lebih jauh masuk kedalam PLC pekerjana pertama adalah mengecheck hardware - hardware nya apakah ada skring yang putus, apakah ada cable yang putus, apakah ada skun yang kendor dan lain sebagainya.
Pekerjaan kembali upload Software di PLC allan bredley dimana urutan didalamnya ada mengatus BMS (burneing management System ) dengan PLC merk berbeda dan VSD motor blower yang mengunakan merk Siemen.
Pekerjaan ini tidak berhasil karena VSD teryata tidak mau diperintah karena VSD entah kenapa balik ke stelan pabrik jadi kita urut kembali settingan VSD ini satu persatu menyeseuaikan dengan kebutuhan dilapangan. setelah semua dapat dan kita trial manual serta auto dapat bekerja dengan baik.
Pekerjaan dilanjutkan untuk mengecheck kemabli sequence yang ada di BMS, dimana di sequence BMS ada proses pengaturan kecepatan dari motor blower dimana pada saat purging awal kecepatan di 30Hz, dilanjutkan pada saat sequence penyalaan pilot kecepatan motor blower berubah menjadi maksimal 12 Hz setelah menyala pilot lanjut penambahan gas fuel dan menambah kecepatan motor blower sesuai dengan AFR (air fuel ratio) nya. begitu pula jika terjadi gagal pilot maka sequence balik ke purging dengan merubah kecepatan motor blower menjadi 30 Hz kembali beberapa menit untuk menghilangkan bahan bakar yang ada di ruang pembakaran.
Setelah di trial beberapa kali dan dinyatakan berhasil dilanjutkan pekerjaan yang sebenarnya mencoba menghidupkan burner dengan cara auto, disini kita banyak koordinasi dengan team dilapangan sehingga radio harus selalu aktif dan team di bagi di beberapa tempat untuk memonitor pekerjaan menghidupakn burner ini dapat berjalan dengan baik.
Dengan berbagai drama yenga terjadi dilapangan akahirnya burner dpat menyala dengan baik, system sirkulasi hot oil dan amine solven juga dapat berkaja dengan baik, dilanjutkan memasukan natural gas ke dalam system untuk dilakukan pemurnian gas CO2 dari Gas alam ini dan gas yang sudah kecil kadar CO2nya sesuai dengan PJBG (perjanjian Jual Beli Gas) dialirkan kedalam trunkline untuk di sales ke konsumen
Demikianlah tadi cerita pengalaman kami dalam troubleshot BMS di CO2 Removal plant, jika kalian mempunyai pertanyaan atau pengalaman terkait hal yang serupa silahkan tulisa dikolom komentar yaa, supaya berbagi kisah ini lebih menarik lagi dan pengalaman yang kalian share ini dapat bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkannya dna menjadi ladang amal jariyah dari teman - teman semuanya.
Comments