baca juga :
Apa Saja Yang Harus Diperhatikan Pada Saat Merubah Diesel Engine Menjadi Gas Engine
Macam - Macam Vibrasi Yang Terjadi Pada Kompressor
Sensor Pengaman Pada Gas Engine
Profile Mechanic Offshore Platform
Biological Sulfur Recovery unit yang biasa disebut dengan BSRU yang berfungsi untuk mengkonversi H2S yang diserap di AGRU menjadi elemental Sulphur menggunakan bakteri Thiobacillus. Process yang digunakan menggunakan lisensi Shell Paques. Peralatan Utama yang terdapat dalam Sulphur Recovery Unit adalah sebagai berikut :
-
H2S Absorber (V-0401 A/B)
-
Bioreactor (R-0401)
-
Sulphur Solidification (PE-0404)
-
Sulfur Melter (Y-0403)
-
Sulfur Bagging Package (PE-0405)
H2S Absorber berfungsi untuk menyerap gas yang mengandung H2S oleh solvent caustic. Acid gas masuk dari bawah kolom absorber sementara solution masuk dari atas kolom absorber. Gas Asam H2S akan terserap oleh solution. Dari bottom absorber selanjutnya solution dipompa oleh Rich Solution Circulation Pump P-0401 A/B/C ke Bioreactor R-0401 melalui Rich solution chiller (E- 0401) untuk diturunkan suhunya. Acid gas keluaran dari H2S Absorber selanjutnya dialirkan ke Thermal Oxidizer (PE-0401) untuk di bakar menjadi SO2 dengan bahan bakar fuel gas. Udara pembakaran yang dicampurkan dilebihkan 25-26% dalam rangka mencapai efisiensi destruksi acid gas yang optimum. Panas hasil pembakaran digunakan untuk memanaskan hot oil di dalam WHRU Unit pada daerah breeching (buritan) Thermal Oxidizer. Recirculation line/duct dan Fan blower juga di sediakan pada antara keluaran dan masukan WHRU dalam rangka memperoleh efisiensi thermal yang lebih baik.
Sebelum masuk Bioreactor solution didinginkan ke 102.2 OF dengan chilling water di Rich Solution Chiller E-0401. Temperature outletnya dikontrol dengan mengatur flowrate chilling water. Sirkulasi solution mencapai 8365 gpm.
H2S yg terkandung didalam larutan yang berada dalam aerobic bioreactor dioksidasi menjadi elemental Sulfur. Jadi pembentukan dari elemental Sulfur bukan pada absorber akan tetapi didalam bioreactor. Aerobic Bioreactor mengandung microorganisma thiobacillus yang mengoksidasi sulfide yang terlarut menjadi elemental Sulfur. Kebutuhan udara untuk reaksi oksidasi disupply oleh Bioreactor Air Blower K-0401 A/B dimana outlet nya didinginkan di E-0402 Air Blower Cooler. Kebutuhan udara mencapai total 8750 kg/jam. Aliran udara untuk kebutuhan oksidasi perlu control untuk disesuaikan dengan jumlah H2S yang terserap di solution. Sedangkan temperatur rich sollvent sebelum masuk ke Bioreactor perlu dikontrol pada nilai tertentu untuk memaksimalkan konversi H2S menjadi Sulfur elemental yang hanya terjadi pada temperature tertentu.Suplai udara dialirkan ke Bioreactor melalui bagian bawah. Ukuran bioreactor mencapai 10 m (ID) x 23.5 m (H).Konversi H2S menjadi elemental S adalah process biology, dan secara periodic biocatalyst memerlukan nutrient untuk menjaga performance tetap baik. Nutrien termasuk kandungan garam tertentu diperlukan untuk bakteri tumbuh dan menjaga performance.
Produk sulfur dari Bioreactor berikut solution selanjutnya dialirkan ke Lean Solution Tank T-0401 untuk dipisahkan produk sulfur nya secara gravity. Lean solution dari T-0401 selanjutnya dikirim kembali ke H2S Absorber menggunakan Lean Solution Circulation Pump P-0402 A/B/C. Sebagian dikirim kembali ke Bioreactor dengan P-0403 A/B Settler Feed Spray Pump sedangkan elemental sulfurnya mengalir secara gravitasi ke sulfur settler. Pengaturan atau kontrol di BSRU yang utama adalah pengaturan flow sirkulasi solvent, pengaturan aliran udara untuk kebutuhan oksidasi di Bio Reactor, pengaturan temperature rich solution masuk ke Bio Reactor, pengaturan, flow sulfur slurry ke Decanter Centrifuge (PE-0204), dan pengaturan level di H2S Absorber & Lean Solution Tank.Produksi elemen sulphur selanjutnya dipisahkan dari solvent di dalam sebuah sulfur Settler Y-0401 untuk dipisahkan secara gravitasi. Solution yang ter-recovery selanjutnya dikirim ke Bioreactor. Sedangkan produk elemental sulfur dengan kadar 10 % dipompa ke Decanter Centrifuge PE-0403 hingga dihasilkan kadar 50-60 %. Solution yang ter-recovery dari decanter selanjutnya dikembalikan ke Bioreactor dan sebagian dikirim ke water treatment (bleeding) karena mengandung garam-garam akibat terjadinya reaksi samping seperti sodium sulphate, sodium thio sulphate.
Pemurnian Sulfur selanjutnya dilakukan di Melter unit Y -0403. Unit ini terdiri dari tangki pemurnian dimana sulfur slurry akan dicuci kembali sehingga garam-gram yang menempel bisa terlepas selanjutnya sulfur slurry dipanaskan menggunakan hot oil untuk menguapkan impurities sehingga diperoleh produk sulfur dengan kemurnian 99.8 %.
Produk sulfur selanjutnya dikirim ke Sulfur Solidification Unit (PE- 0404) untuk dirubah bentuknya dari molten sulfur menjadi pastilles. Di unit ini Sulfur akan didinginkan dengan chilling water dan masuk ke rotoform untuk dibentuk menjadi pastilles.
Proses selanjutnya adalah di Sulfur Bagging Package PE-0405 dimana produk sulfur dimasukan ke dalam kantong-kantong berukuran 1 ton untuk kemudian disimpan digudang yang dirancang untuk menampung selama 7 hari produksi Sulphur, pengambilan hanya dilakukan pada siang hari.
Untuk menjaga alkalinitas dari larutan dan untuk memfasilitasi penyerapan H2S maka larutan caustic ditambahkan ke dalam system. Larutan caustic yang ditambahkan mempunyai konsentrasi 20-50 %wt larutan. Jumlah larutan caustic yang dtambahkan adalah 21 ton/hari. Selain itu perlu dilakukan pengukuran parameter pH dan conductivity secara kontinyu terhadap solvent solution. Nilai pH yang rendah mengindlikasikan banyaknya reaksi samping menghasilkan Sulfuric Acid. Dengan demikian perlu ditambahkan caustic untuk menjaga pH. Nilai conductivity yang tinggi menunjukkan banyaknya garam yang terbentuk akibat reaksi samping sehingga sebagian solution perlu dibuang (bleed).Kedalam system BSRU juga ditambahkan sejumlah air sebagai pengganti kehilangan air yang terbawa bersama bleed, penguapan didalam absorber, reactor dan terikut bersama sulphur. Dalam masa Turn Around Acid gas absrober dapat dikosongkan satu persatu dengan mengalirkan solvent yang terdapat didalam absorber ke dalam bioreactor. Alternatif lainnya adalah dengan menyewa kontainer yang bersih untuk menampung solvent dari absorber.
Sedangkan untuk inspeksi bioreactor, solvent didalam bioreactor dapat dialirkan ke peralatan lainnya dan jika tidak mencukupi dapat menyewa kontainer yang bersih untuk menampung solvent dari bioreactor.
Dan berikut ini kondisi didalam biorekator, pada waktu dilakukan perbaikan lamella karena rusak.
Comments